Selamat Datang di Blog WISATA SYARTA mari ber-Wisata bersama Saya Syevenly Takapaha untuk menikmati Keindahan Alam ciptaan Tuhan, menikmati kuliner yang enak-enak dan mengagumi serta melestarikan keunikan budaya kita Karena hidup ini Indah dan setiap tempat adalah objek wisata. Blog ini menampilkan semua objek wisata yang dikunjungi dan dapat dicerita kan dan semoga dapat menjadi Referensi Anda. Semua Foto yang belum sempat ditulis sumbernya adalah Dokumentasi Pribadi dan merupakan hak cipta dari Stevenly Takapaha

Pesisir Laut Pantai Pananuareng

Kec.Tabukan Tengah Kabuapaten Kepaulauan Sangihe Sulut

Air Terjun Kali Pineleng

Minahasa Sulawesi Utara

Gunung Tangkuban Perahu

Subang Bandung Selatan Jawa Barat.

Museum Konferensi Asia Afrika

Bandung Jawa Barat.

Dunia Fantasi (Dufan)

Ancol DKI Jakarta

Eksotisnya Pulau Kawaluso Sangihe

Snorkeling di Pulau Kawaluso, Foto: Stevenly Takapaha

Pulau kawaluso adalah salah satu pulau eksotis di gugusan kepulauan Sangihe. Dari Pulau Sangihe besar pulau ini berada di bagian utara. Untuk ke pulau Marore kita akan melewati pulau ini. Letak Pulau Kawaluso berada diantara Pulau Lipang dan Pulau Kemboleng. Pulau Kawaluso memiliki potensi perikanan tangkap. Pemukiman Penduduk di Pulau Kawaluso berada di pinggiran pantai sampai ke perbukitan pulau dengan ketinggian pulau 200 Mtr dpl., dan yang paling besar bermukim di ketinggian (perbukitan pulau) guna menghindari ancaman gelombang pasang. Untukmenghubungkan pemukiman -  pemukiman penduduk, telah dibangun  jalan  setapak.
Persiapan Snorkling di perairan sekitar dermaga pelauhan laut kawaluso pada 27 Juli 2016,
Foto: Stevenly Takapaha

Snorkling di perairan sekitar dermaga pelauhan laut kawaluso pada 27 Juli 2016

Terumbu Karang di perairan kawaluso, Foto: Stevenly Takapaha

Gambaran Umum Pulau Kawaluso:
Kampung Kawaluso  terbagi pada 4 lindongan Guna  menunjang kegiatan perekonomian dan memberikan akses dari keterbatasan dan membuka hubungan dengan pulau – pulau yang lain di kawasan perbatasan, maka di Pulau Kawaluso saat ini telah memiliki fasilitas pelabuhan laut.Luas Wilayah Darat Pulau Kawaluso adalah  1,22 km2.
Tugu Selamat Datang di Pulau Kawaluso

Keadaan pantai  sebagian  berpasir hitam dan sebagian lagi  tebing  bebatuan dan  karang.. Vegetasi yang terdapat di Pulau Kawaluso  adalah tanaman  Kelapa, Sagu, Umbi – umbian, jeruk ikan dan  tanaman pangan yang ditanaman sangat terbatas karena keadaan tanah yang mengandung karang dan bebatuan. Jumlah Penduduk Pulau / Kampung  Kawaluso     600 Jiwa, Jumlah  penduduk Laki – laki 310 Jiwa, Jumlah penduduk  perempuan adalah 290 Jiwa. Jumlah Penduduk Prasejaktra 85 KK, Jumlah Penduduk Keluarga Sejaktra I 25 KK, Jumlah Penduduk Keluarga Sejaktra II     66 KK, Jumlah Penduduk Keluarga Sejaktra III    16 KK. Pegawai Negeri Sipil  7  Orang, Petani 58 Orang, Nelayan 117 Orang, Swasta 1 Orang, Tidak Memiliki  pekerjaan 3 Orang. Pemeluk Agama Kristen 520 Jiwa  dengan  4 buah Gereja, Pemeluk Agama Islam 74 Jiwa  dengan  1 buah Mesjid. Jumlah rumah Permanen 12 Rumah, Semi Permanen 96 Rumah, Gubuk 12 Rumah, Non Permanen 18 Rumah. Pulau Kawaluso  belum memiliki jalan propensi. Jalan  Kabupaten. Yang tersedia sepanjang  1,2 Km. Sedangkan panjang jalan setapak adalah 1,0 Km.
Dermaga Pulau Kawaluso, Foto: Stevenly Takapaha

Dermaga yang dimiliki saat ini memiliki panjang 80 Mtr. Jalan yang tersedia adalah jalan setapak. Dan  jalan. Sarana Air Bersih  berasal dari Sumber mata air  dan air hujan yang ditampung pada bak – bak penampungan air hujan.  Pulau Kawaluso juga memiliki  1 buah Monumen NKRI dan 1 buah Menara Mercusuar. Untuk melayani kesehatan di Pulau Kawaluso hanya ditangani oleh 1 Orang Bidan melaluli Puskesmas Pembantu Kampung kawaluso..  Penyakit yang umum diderita adalah Demam dan Maag Sarana Sekolah Dasar ( SD)  1 Buah dengan jumlah murid 74 Murid , Jumlah tenaga Guru SD sebanyak  6 Guru, Rumah dinas guru yang tersedia 2 Unit  (1 Unit dalam keadaan rusak).
Tugu dari Kementerian Sosial, Foto: Stevenly Takapaha

Penduduk Pula Kawaluso  dalam menggeluti bidang pertanian/ perkebunan yang hanya dilakukan pada saat cuaca laut lagi bergelombang dan pekerjaan ini merupakan pekerjaan bukan tetap sehingga pengelolaannya tidak optimal. Tanaman yang banyak ditanan adalah Kelapa, Cengke dan Pala, ubi kayu, ubi jalar  dan tanaman kebutuhan sehari – hari lainnya. Sebagian besar penduduk, menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan tangkap, sehingga alat tangkap yang umumnya dimiliki adalah Long Line dan pancing, dengan menggunakan sarana perahu Pelang dan Perahu Pumboat yang berjumlah 42 Buah. Jenis ikan yang paling dominan ditangkap adalah jenis ikan batu.
Kapal Perintis KM.Sabuk Nusantara 51 yang sandar di dermaga Kawaluso, Foto: Stevenly Takapaha

Hasil tangkapan biasanya langsung dijual kepasar atau kepada nelayan  yang berasal dari negara tetangga Pilipina yang memiliki modal yang besar dan  teknologi pengolahan hasil yang jauh memadai atau langsung dijual ke Pilipina. Hal ini dilakukan karena tidak tersedia Pabrik Es yang memiliki ketergantungan pada Aliran listrik yang juga tidak tersedia, sehingga sebagian besar nelayan hanya beraktifitas untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Yang menjadi permasalahan dalan kegiatan perikanan, pertanian dan perkebunan  adalah tidak ada bimbingan dari tenaga penyuluh. Alat transportasi yang umum digunakan sebagai alat  angkutan  masyarakat adalah perahu Pumboat yang memiliki 1 atau 2 mesin yang hanya bisa mengangkut sebanyak 4-5 Orang, perahu Pamo dengan mesin gantung 40 pk  dan Perahu Fuso  yang menggunakan mesin truk jenis fuso. Untuk Transportasi ke Ibukota Kabupaten terdapat Kapal Motor Perintis yang melayani angkutan Penumpang dan Barang yang menghubungkan pulau – pulau di Kec. Kepl. Marore. Jarak Pulau Kawaluso dengan Ibukota Kecamatan Kendahe adalah  141 Mil ( dengan perjalanan Pumboat selama  4 Jam). Sedangkan jarak  ke Ibukota Kabupaten adalah  145 Mil (dengan perjalanan Pumboat selama 5 jam). Pulau – pulau yang disinggahi oleh Kapal Perintis adalah P. Kawio, Pulau Matutuang dan P. Marore.   Di Pulau Matutuang dan Pulau Kawio Kapal Perintis tidak berlabuh karena belum tersedia dermaga sehingga unuk menaikan dan menurunkan penumpang dan barang harus menggunakan tambangan. Di Pulau Kawaluso telah  tersedia Pos Keamanan dari TNI AD, namun  belum memiliki personil. Untuk penanganan Kamtibmas masih ditangani melalui POLSEK Kendahe  serta KORAMIL Kendahe.
Kondisi Perumahan Penduduk, Foto: Stevenly Takapaha

Jumlah pelintas batas di Pulau Kawaluso perbulan sebanyak 5 Orang dan yang paling ramai terjadinya arus pelintas batas adalah pada bulan Nopember dan Desember.  Isu utama yang ada di Pulau Kawaluso adalah : Andai – andai menyusupnya  tentara Moro dari Pilipina selatan, Cukup banyak rumah tangga miskin dan, Rusaknya terumbu karang serta abrasi pantai. Potensi untuk pengembangan adalah Pengembangan perikanan tangkap dan budidaya, Pengembangan Tanaman Kelapa, Pemberdayaan Penduduk Pulau Kecil dan Konservasi  Laut Sarana yang dapat dibangun adalah Pabrik es dan Sarana Penampungan hasil tangkapan serta jaringan listrik.  Dan Tanda Batas laut antar negara dan tanda disetiap pulau kecil
Pulau Kawaluso do foto dari arah Selatan, Foto: Stevenly Takapaha


Indahnya Pulau Matutuang Sangihe


Pulau Matutuang atau Kampung Matutuang . memiliki Pantai Pasir Putih sepanjang 250 Meter yang membentang  mengikuti panjangnya pemukiman penduduk yang berada di pesisir pantai. Kampung Matutuang  yang terbagi pada 2 lindongan pemukimannya terkonsentrasi, letak pemukiman berada pada  pantai yang berpasir putih. Matutuang memiliki pengertian ”Kekuatan”, artimya bahwa pada jaman dahulu  sebelum pulau ini berpenghuni, ada beberapa  masyarakat  nelayan dari daratan Pulau Sangihe berencana untuk mencari daerah penangkapan ikan yang baru, kemudian mereka melakukan perjalanan dan menemukan kawasan  Nusa Tabukan, yang teriri dari Pulau Nusa dan Pulau Bukide, mereka  melihat lagi ada pulau diatas Pulau Bukide,  Mereka menuju pulau tersebut yang saat ini disebut Pulau Buang, Pulau Buang ini dijadikan lokasi penangkapan, yang baru, setelah lama mencari ikan di Pulau Buang, mereka meyakini bahwa masih ada lagi daratan/pulau diatas Pulau Buang, kembali mereka melanjutkan perjalanan mencari daerah baru, akhirnya menemukan Pulau Dumarehe (waktu itu perjalanan dengan perahu hanya mengandalkan dayung) namun karena Pulau    Dumarehe tidak memiliki pantai     dan daratan    yang rata, mereka melanjutkan perjalanan lagi, kemudian menemukan pulau baru yang kemudian mereka menyebutnya Pulau Matutuang yang berarti  dengan kekuatan akhirnya mereka menemukan / bisa sampai di daratan yang memiliki pantai dan daratan yang rata dan memiliki potensi untuk dijadikan pemukiman.
Senja di Dermaga Pulau Matutuang

Menurut cerita  karena keyakinan mereka (nelayan ini) bahwa masih ada daratan lain selain matutuang, maka perjalanan dilanjutkan  lagi dengan meninggalkan keturunan  di Pulau Matutuang yang akhirnya mereka menemukan Pulau Memanuk, bahkan tiba di Pulau Marore bahkan terus sampai ke Pilipina. Cerita inilah yang menjadi embrio adanya masyarakat Sangihe di Negara Pilipina.

di Pantai Matutuang

Indahnya pantai Matutuang


Profil Pulau Matutuang:

Luas Pulau Matutuang
Luas Wilayah Pulau Matutuang adalah   31 Ha. Pulau Matutuang   memiliki hamparan terumbu karang seluas   2 Ha, Padang lamun  1,5 Ha dan hamparan pasir putih  seluas 250 Meter,

Topografi Pulau Matutuang
Keadaan pantai  berpasir putih. Kaadaan Pinggiran Pulau Berpasir Putih, Tebing, Bebatuan dan Karang.  Ketinggian dari permukaan laut  adalah 0 s/d  75  Meter. Vegetasi yang terdapat di Pulau Matutuang  adalah  Tanaman Kelapa, Pisang yang tumbuh subur dan tanaman pangan  serta rumput alang – alang

Keadaan Penduduk Pulau Matutuang :
Jumlah penduduk Pulau Matutuang                                 375 Jiwa
Dengan Keadaan Jumlah  penduduk Laki – laki              199 Jiwa
Jumlah penduduk  perempuan adalah                               176 Jiwa
Jumlah Penduduk Keluarga Sejaktra I                                35 KK            
           
Keadaan  Penduduk berdasarkan  Pekerjaan :
Pegawai Negeri Sipil                         :     8 Orang
TNI  Angkatan Darat                         :     5 Orang
Nelayan                                              : 250 Orang

Keadaan  Penduduk berdasarkan  Pekerjaan :
Pendidikan SD      :               267 Orang
Pendidikan SMP   :                   5  Orang
Pendidikan SMA   :                   3 Orang

Keadaan Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama
Pemeluk Agama Kristen               246 Jiwa Jumlah gereja  1 Buah
Pemeluk Agama Islam                   29 Jiwa Jumlah Mesjid  1 Buah

Bidang  Infrastruktur  Jalan dan Jembatan
Di Pulau Matutuang jalan yang tersedia adalah
Jalan setapak  panjang  240   Meter, sedangkan jalan setapak tanah  panjang 1500 meter, dan Pelabuhan

Bidang Sarana Air Bersih dan Penerangan.
Sarana Air bersih cukup tersedia disaat musim penghujan, namun jika dimusim panas air akan sangat berkurang, namun masih bisa menjamin kebutuhan masyarakat. Di Pulau Matutuang ini terdapat 2 buah sumber air yang keluar dari balik bebatuan dan menurut masayarakat air yang ada ini bisa langsung dikonsumsi., namun letaknya agak jauh dari pemukiman. Jarak antara sumber air  ke pemukiman berkisar  750 Mater.  Untuk memenuhi kebutuhan MCK, terdapat  Sumur – sumur di sekitar pemukiman. Sumber Penerangan Listrik dari Listrik Tenaga Surya (LTS), dengan kapasitas watt yang sangat terbatas hanya untuk kepentingan penerangan dan tidak mampu mengoprasikan alat elektronik apalagi untuk pendingin (penyediaan es). Ini menjadi kendala terhadap hasil tangkapan nelayan yang membutuhkan ketersediaan es yang cukup.

Bidang  Kesehatan dan Tenaga Paramedis.
Pulau Matutuang  memiliki 1 Buah Pustu . Pustu ini tidak dimanfaatkan dengan baik karena tidak tersedia tenaga paramedis.

Bidang  Pendidikan
Sarana Sekolah Dasar ( SD)  1 Buah dengan  jumlah  murid  43 Siswa.
Sarana SMP  1 Buah yaitu SMP N 6  Tabukan Utara dengan jumlah murid 25 Siswa
Jumlah tenaga Guru SD sebanyak  3 Guru, SMP 2 Guru
Bidang Pertanian, Perikanan dan Perkebunan
Penduduk Pulau Matutuang dalam menggeluti bidang pertanian hanya pada saat cuaca laut lagi bergelombang dan pekerjaan ini merupakan pekerjaan bukan tetap sehingga pengelolaannya tidak optimal.  Tanaman yang banyak ditanam adalah ubi kayu, Ubi jalar  dan tanaman kebutuhan sehari – hari. Selain itu di Kampung Matutuang memiliki potensi pengembangan Tanaman Pisang.

Sebagian besar penduduk pulau Matutuang , menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan tangkap, sehingga alat tangkap yang umumnya dimiliki adalah Long Line, Pancing dan Jaring Lingkar, dengan menggunakan sarana perahu Pelang dan Perahu Pumb Boad.  Umumnya Nelayan Pulau Matutuang melakukan aktifitas untuk mencari  jenis ikan Hiu, karena Sirip ikan hiu memiliki nilai jual yang cukup tinggi.      
                                                                                         
Hasil tangkapan biasanya langsung dijual kepasar atau kepada nelayan  yang berasal dari negara tetangga pilipina yang memiliki modal yang besar dan memiliki teknologi pengolahan hasil yang jauh memadai. Penangkapan ikan masih tradisional
Pulau Matutuang  memiliki perkebunan Kelapa dengan luas 31 Ha, Perkebunan Cengkih 0,50 Ha.. Tujuan pemasaran Ke Pilipina dan tahuna Ibukota Kab. Kepl. Sangihe

Bidang Tansportasi / Angkutan
Alat transportasi yang umum digunakan sebagai alat angkutan oleh masyarakat adalah perahu Pumb Boad yang hanya bisa mengangku sebanyak 4-5 Orang. Untuk Transportasi ke Ibukota Kabupaten terdapat Kapal Motor Perintis yang melayani angkutan Penumpang dan Barang yang menghubungkan pulau – pulau di Kec. Kepl. Marore. Pulau – pulau yang disinggahi oleh Kapal Perintis adalah P. Kawio, Pulau matutuang dan P. Marore. Di Pulau Matutuang menggunakan tambangan. Dengan lama perjalanan 2 minggu sekali

Bidang Keamanan dan Ketertiban.
Penanganan Kemanan dan Ketertiban di Pulau Matutuang masih merupakan wilayah kerja dari Aparat Keamanan yang ada di  Pulau Marore.,
karena berada dalam satu wilayah pemerintahan Kecamatan Marore. Namun di Pulau Matutuang terdapat aparat TNI AD dari 712. sebanyak 5 anggota

Sarana Lainnya yang terdapat di Pulau Matutuang

        Monumen NKRI

Potensi untuk pengembangan di Pulau Matutuang


  • Pengembangan perikanan tangkap dan  budidaya Jaring Apung
  • Penguatan kapasitas Penduduk Pulau Kecil
  • Pengembangan Tanaman Jeruk ikan, Pisang, Katela Pohon dan Ternak Itik serta ternak kambing.
  • Pengelolaan hasil tangkapan nelayan (teknologi pengolahan hasil laut)Sarana yang dapat dibangun di Pulau Matutuang
  • Jaringan Sarana Air Bersih
  • Talud Pengaman Pantai
  • Listrik Tenaga Surya Hibrid
  • Bantuan Cool Box

Cantiknya Pulau Kawio Sangihe


Pulau Kawio dengan Dermaga sepanjang 470 meter (Photo Dokumentasi Pribadi Stevenly Takapaha)
Pulau Kawio marupakan salah  satu pulau terluar yang ada di Kab. Kepl. Sangihe Sulawesi Utara. Letak Pulau Kawio berada diantara Pulau Kemboleng dan Pulau Marore.   Pulau Kawio, Pulau Kemboleng dan Pulau Dokole letaknya  berdekatan membentuk satu gugusan ( 3 buah pulau yang memiliki potensi perikanan tangkap.
Pulau Kawio (Photo Dokumentasi Pribadi Stevenly Takapaha dari Kapal Pengawas Perikanan Hiu 15)

Pulau Kawio atau Kampung Kawio yang wilayah pemerintahan kampungnya meliputi Pulau Kemboleng dan Pulau Dokole, memiliki Pantai Pasir Putih. Pemukiman Penduduk di Pulau Kawio terletak  agak jauh dari pinggiran pantai. Untuk mencapai pemukiman penduduk, telah dibangun jalan tangga dari pantai menuju pemukiman. Kampung Kawio  yang terbagi pada 3 lindongan,  lindongan 1 dan 2 terletak di Pulau Kawio dan lindongan 3 terletak di Pulau Kemboleng.
Pantai di Lindongan 3 Pulau Kemboleng (Photo Dokumentasi Prbadi Stevenly Takapaha)

Guna  menunjang kegiatan perekonomian dan memberikan akses dari keterbatasan dan membuka hubungan dengan pulau – pulau yang lain di kawasan perbatasan, di Pulau Kawio telah di bangun fasilitas pelabuhan

di Dermaga Pulau Kawio (Photo by Sintia Supit)
Luas Wilayah Darat Pulau Kawio adalah  0,667 Km. Pulau Kawio   memiliki Rawa yang terletak diantara Pemukiman Penduduk seluas  0,007 Km dengan  dengan hamparan terumbu karang seluas 5 Ha, Padang lamun  2 Ha  dan Hamparan Pasir Putih  seluas 3  Ha, serta hutan mangrove dengan luasan 0,0034 Ha 
Photo Dokumentasi Probadi Stevenly Takapaha

Terumbu Kaang di antara pulau Kawio dan Kemboleng Photo Dokumentasi Probadi Stevenly Takapaha diambil dari atas perahu nelayan jenis Londe
Keadaan pantai  sebagian  berpasir putih dengan lebar kurang lebih 30 meter, merupakan tempat pendaratan Penyudan sebagian lagi bertebing bebatuan dan karang. Ketinggian dari permukaan laut  adalah 0 s/d  56,644  Meter dari Permukaan Laut. Vegetasi yang terdapat di Pulau Marore  adalah  tanaman  Kelapa, Sagu, Umbi – umbian, jeruk ikan dan  tanaman pangan yang ditanam sangat terbatas karena keadaan tanah yang mengandung karang dan bebatuan.

Pulau Kawio Photo Dokumentasi Probadi Stevenly Takapaha
Jumlah Penduduk Pulau / Kampung  Kawio : 385 Jiwa, Jumlah  penduduk Laki – laki : 210 Jiwa, Jumlah penduduk  perempuan adalah : 175 Jiwa.   , Jumlah Penduduk Prasejaktra : 80 KK, Jumlah Penduduk Keluarga Sejaktra I : 30 KK, Jumlah Penduduk Keluarga Sejaktra II : 8 K, Pegawai Negeri Sipil 5  Orang, Petani 22 Orang, Nelayan, 107 Orang, Swasta, 5  Orang,  Pemeluk Agama Kristen, 382 Jiwa, Pemeluk Agama Islam 3 Jiwa

Aktifitas Bongkar muat barang di Pelabuhan Kawio Photo Dokumentasi Pribadi Stevenly Takapaha..
Pulau Kawio  belum memiliki jalan propensi dan jalan Kabupaten. Jalan yang tersedia adalah jalan setapak. Panjang jalan setapak adalah   1500   Mater, jalan tanah  panjang  2000 meter, Saat ini dermaga di Pulau Kawio sementara di bangun.
Jalan di Pulau Kawio Photo Dokumentasi Probadi Stevenly Takapaha
Sarana Air Bersih di Pulau Kawio berasal dari Sumber mata air yang muncul diantara  perlapisan  batuan  di pantai selatan pulau.  Sumber Penerangan Listrik dari  Listrik Desa / Kampung dengan sumber listrik dari mesin diesel.

Pulau Kawio telah  Memiliki 1 buah Pustu  dengan peralatan yang belum memadai untuk ukuran pelayanan di pulau – pulau, Tenaga Paramedis belum tersedia di Pulau Kawio .   Untuk ukuran wilayah perbatasan, terpencil dan terluar keberadaan tenaga paramedis sangat – sangat dibutuhkan seperti dokter, bidan dan perawat.  Penyakit yang umum diderita adalah Malaria, demam dan influensa.
 
Jumlah Sarana Sekolah Dasar ( SD)  1 Buah (SD YPK SMIRNA), Jumlah tenaga Guru SD sebanyak  5 Guru, Penduduk Pulau Kawio dalam menggeluti bidang pertanian hanya pada saat cuaca laut lagi bergelombang dan pekerjaan ini merupakan pekerjaan bukan tetap sehingga pengelolaannya tidak optimal. Tanaman yang banyak ditanan adalah ubi kayu, ubi jalar  dan tanaman kebutuhan sehari – hari. 
 
SD YPK Smirna Kawio Photo Dokumentasi Probadi Stevenly Takapaha


Mendapat salam dari anak SD yang baru pulang sekolah Photo Dokumentasi Probadi Stevenly Takapaha

Sebagian besar penduduk pulau Kawio , menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan tangkap, sehingga alat tangkap yang umumnya dimiliki adalah Long Line dan Jaring Lingkar, dengan menggunakan sarana perahu Pelang dan Perahu Pumb Boad. Hasil tangkapan biasanya langsung dijual kepasar atau kepada nelayan  yang berasal dari negara tetangga pilipina yang memiliki modal yang besar dan memiliki teknologi pengolahan hasil yang jauh memadai. Atau langsung dijual ke Pilipina

Pulau Kawio  memiliki tanaman  perkebunan Kelapa yang menguasai 75 % Luas dan Komoditi lainnya yang cukup tersedia di  Pulau Kawio adalah Jeruk ikan (lemon). Tujuan pemasaran  antara Pilipina dan Tahuna ibukota Kabupaten Kepl. Sangihe

Liang adalah bagian utara pulau Kawio Photo Dokumentasi Probadi Stevenly Takapaha
Alat transportasi yang umum digunakan sebagai alat  angkutan  masyarakat adalah perahu Pumboat yang memiliki 1 atau 2 mesin yang hanya bisa mengangkut sebanyak 4-5 Orang, perahu Pamo dengan mesin gantung 40 pk  dan Perahu Fuso  yang menggunakan mesin truk jenis fuso. Untuk Transportasi ke Ibukota Kabupaten terdapat Kapal Motor Perintis yang melayani angkutan Penumpang dan Barang yang menghubungkan pulau – pulau di Kec. Kepl. Marore. Pulau – pulau yang disinggahi oleh Kapal Perintis adalah P. Kawio, Pulau Matutuang dan P. Marore.   
Kapal Perintis yang Sandar di Dermaga kawio dengan latar belakang Pulau Kemboreng Photo Dokumentasi Probadi Stevenly Takapaha

Di Pulau Kawio belum tersedia Pos Keamanan sehingga belum memiliki petugas keamanan baik dari TNI mupun POLRI, untuk menjamin keamanan dan ketertiban di Pulau kawio dan Pulau Kemboleng,  masih ditangani oleh Pos TNI / POLRI yang ada di Pulau Marorer sebagai bagian dari Kecamatan Kepulauan Marore.


Potensi untuk pengembangan di Pulau Kawio  adalah Pengembangan perikanan tangkap dan budidaya dalam Pemberdayaan Industri kecil adalah pembuatan Oven untuk mengeringkan ikan asin dengan kadar garam rendah dan Penguatan Kapasitas penduduk pulau. Di Pulau Kawio terdapat satu pandai besi  dekat dermaga yang   berproduksi kalau ada pesanan. Pandai Besi ini dapat diberdayakan untuk membuat oven, karena oven pabrik harganya mahal. Pengembangan lain dalah Tanaman Kelapa , dan Jeruk ikan, Pisang, Katela Pohon dan Ternak Itik serta ternak kambing.

Pesona Pulau Marore Sangihe

Pulau Marore adalah Pulau diutara Indonesia yang berbatasan langsung dengan Philippina. Pulau Marore merupakan Pusat Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan Kepulauan Marore Kabupaten Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara. Akses kepulau ini dapat ditempuh dengan menggunakan KM. Sabuk Nusantara dari Kota Bitung maupun Kota Tahuna biayanya pun murah cukup dengan Rp.35.000 dari Kota Tahuna. Sebagai Pusat Pemerintahan, Pulau Marore juga merupakan satu wilayah Pemerintaan Kampung yang dipimpin oleh seorang Kepala Kampung (Kepala Desa). Pulau Marore yang lebih dikenal dengan Pulau Perbatasan, karena berbatasan langsung dengan Negara Pilipina, maka berbagai fasilitas telah dibangun untuk mendukung keberadaan Kecamatan Kepulauan Marore sebagai daerah Perbatasan dan Terluar.
Foto Dokumentasi Pribadi  Stevenly Alexsander Takapaha


Sebagian besar pemukiman penduduk terletak di pesisir / pinggiran pantai  dengan hamparan pasir putih yang rawan dari ancaman/terjangan gelombang laut (gelombang pasang) baik pada musim angin utara, Timur maupun angin selatan yang sewaktu – waktu mengancam pemukiman penduduk. Sebagian besar penduduk yang mendiami Pulau Marore memiliki pekerjaan sebagai nelayan (90 %). 
Banyak literatur yang memberikan nama pulau ini berdasarkan keadaan nama lokal , namun umumnya  masyrakat lebih mengenal  sebutan Marore, yang dalam bahasa lokal (Sasahara) disebut Ta Marale yang artinya tidak mengenal  lelah atau tidak akan lepas.
Luas Wilayah Darat Pulau Marore adalah  1.427 Km. Pulau Marore  memiliki Rawa yang terletak diantara Pemukiman Penduduk seluas  2 Ha dengan  dengan hamparan terumbu karang seluas   5 Ha, Padang lamun  2 Ha dan Hamparan Pasir Putih  seluas 3  Ha, Keadaan pantai  sebagian  berpasir putih.  dan sebagian lagi bertebing bebatuan dan karang. Ketinggian dari permukaan laut  adalah 0 s/d  156  Meter dari Permukaan Laut. Vegetasi yang terdapat di Pulau Marore  adalah  tanaman  Kelapa, Sagu, Umbi – umbian, jeruk ikan dan  tanaman pangan yang ditanaman sangat terbatas karena keadaan tanah yang mengandung karang dan bebatuan.

Jumlah Penduduk Pulau / Kampung  Marore    669 Jiwa, Jumlah  penduduk Laki – laki  337 Jiwa, Jumlah penduduk  perempuan adalah 332 Jiwa. Terdapat 2 Orang penduduk asing yang sudah lama menetap yang berasal dari Pilipina. Jumlah Penduduk Prasejaktra 67 KK, Jumlah Penduduk Keluarga Sejaktra I 55 KK, Jumlah Penduduk Keluarga Sejaktra II   49 KK. Pulau Marore telah  Memiliki 1 buah Puskesmas  dengan peralatan yang cukup memadai untuk ukuran pelayanan di pulau – pulau. Puskesamas Marore  Memiliki 1  Bidan, dan 2 Perawat dan  dokter. Untuk ukuran wilayah perbatasan, terpencil dan terluar Puskesmas Marore sangat – sangat membutuhkan dokter dan tambahan tenaga para medis.  Penyakit yang umum diderita adalah Malaria, demam dan influensa.
Sarana Air Bersih di Pulau Marore telah cukup tersedia, dan bahkan di Kantor Camat Kepulauan Marore telah tersedia sarana penampungan air hujan yang telah siap dikonsumsi tanpa dimasak. Air ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Pulau Marore.
Pelabuhan Marore Mei 2015
Sumber Penerangan Listrik dari PT. PLN,  dulunya beroprasi dari jam 18 s/d jam 06 pagi. Sepanjang siang hari tidak ada aliran listrik namun di tahun 2019 ketika Wisata Syarta berkunjung pada 21-23 September 2019 listrik sudah tersedia 24 Jam. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama adalah Pemeluk Agama Kristen 666 Jiwa Jumlah dengan gereja  1 Buah, Pemeluk Agama Islam 1 Jiwa Jumlah Mesjid  1 Buah sedangkan Pemeluk Agama Katolik  2 Jiwa

Kantor Camat Marore 21 September 2019

Pulau Marore  belum memiliki jalan Provinsi dan jalan Kabupaten. Jalan yang tersedia adalah jalan setapak. Panjang jalan setapak adalah   1200   Mater, jalan tanah  panjang 700 meter, namun dengan adanya proyek pembangunan talud penganaman pantai, jalan setapak diperlebar sehinga dapat dilalui kendaraan poryek

Pulau Marore telah memiliki Dermaga yang representatif yang telah menunjang kegiatan perekonomian, namun semua kegiatan tergantung pada keadaan cuaca laut.

Sarana Sekolah Dasar ( SD)  1 Buah dengan     jumlah murid  74 Siswa. Sarana SMP satu Atap 1 Buah dengan jumlah    murid 52 Siswa, Sarana SMA  1 Buah dengan  jumlah 48 Siswa, Jumlah tenaga Guru SD sebanyak  9 Guru, SMP 6 dan SMA 6 Guru

Penduduk Pulau Marore dalam menggeluti bidang pertanian hanya pada saat cuaca laut lagi bergelombang dan pekerjaan ini merupakan pekerjaan bukan tetap sehingga pengelolaannya tidak optimal. Tanaman yang banyak ditanan adalah ubi kayu, ubi jalar  dan tanaman kebutuhan sehari – hari.  Sebagian besar penduduk pulau Marore, menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan tangkap, sehingga alat tangkap yang umumnya dimiliki adalah Long Line dan Jaring Lingkar, dengan menggunakan sarana perahu Pelang dan Perahu Pumboat. Hasil tangkapan biasanya langsung dijual kepasar atau kepada nelayan  yang berasal dari negara tetangga pilipina yang memiliki modal yang besar dan memiliki teknologi pengolahan hasil yang jauh memadai. Atau langsung dijual ke Pilipina. Pulau Marore  memiliki tanaman  perkebunan Kelapa dengan luas 50 Ha, Cengkih 2 Ha dan  tanaman Sagu  2 Ha. Alat transportasi yang umum digunakan sebagai alat angkutan  masyarakat adalah perahu Pumboat yang hanya bisa mengangkut sebanyak 4-5 Orang. Untuk Transportasi ke Ibukota Kabupaten terdapat Kapal Motor Perintis yang melayani angkutan Penumpang dan Barang yang menghubungkan pulau – pulau di Kec. Kepl. Marore. Pulau – pulau yang disinggahi oleh Kapal Perintis adalah P. Kawio, Pulau Matutuang dan P. Marore.   Di Pulau Matutuang dan Pulau Kawio Kapal Perintis tidak berlabuh karena belum tersedia dermaga sehingga unuk menaikan dan menurunkan penumpang dan barang harus menggunakan tambangan.


Di Pulau Marore telah tersedia POLSEK, KORAMIL, Pos TNI Angkatan Laut dan Pos TNI Angkatan Darat 712 yang menjaga kedaulatan NKRI dan Border Crossing Area (BCA)

Potensi untuk pengembangan di Pulau Marore adalah Pengembangan perikanan tangkap dan budidaya, Budidaya Jaring Apung, Pengembangan Tanaman Kelapa , Cengkih, Jeruk ikan, Pisang, Katela Pohon dan Ternak Itik serta ternak kambing., Penguatan kapasitas Penduduk, Sarana yang sudah dibangun adalah : Pabrik es  dan pembuatan tanda batas laut antar negara dan tanda disetiap pulau kecil








Kota tertua di Kalimantan adalah Kotabaru Pulau Laut

Kabupaten Kotabaru adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Kotabaru. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten pertama dalam provinsi Kalimantan dahulu. Dan pada masa Hindia Belanda merupakan Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dengan ibukota Kota Baru. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 9.442,46 km² dan berpenduduk sebanyak 290.142 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010) dengan nelayan laut sebanyak 15.961 jiwa. Motto daerah ini adalah "Sa-ijaan" (bahasa Banjar) yang memiliki arti: Semufakat, satu hati dan se-iya sekata.

Patung Lambang Kotabaru

Muara Kintap Kalimantan Selatan

Muara Kintap adalah salah satu desa di Kecamatan Kintap, Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Indonesia.

Menapakkan kaki di Batulicin Kalimantan Selatan

di Pos PSDKP Batulicin Kalsel
Batulicin (disingkat: BLN) adalah sebuah kecamatan yang juga merupakan pusat pemerintahan (ibu kota) Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota Batulicin terletak di

Bandar Udara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin

Bandar Udara Internasional Syamsudin Noor adalah bandar udara yang melayani Banjarmasin di Kalimantan Selatan, Indonesia. Letaknya di Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan atau 25 km dari pusat Kota Banjarmasin, kota terbesar di Kalimantan, dan terletak 10 kilometer selatan-barat dari Banjarbaru. Memiliki luas area 257 hektare. Bandara ini mulai beroperasi pada tahun 1936 dengan nama Lapangan Terbang Ulin. Pada tahun 1975 bandara ini resmi ditetapkan sebagai bandara sipil dan diubah namanya menjadi bandara Syamsudin Noor. Pada tahun 2011, Bandara Syamsudin Noor mempunyai terminal domestik dengan luas 9.943 m² dan dapat menangani 3.013.191 penumpang. Salah satu di depan terminal yang mampu menangani 4 pesawat berukuran sedang yaitu Boeing 737-400 dan satu di terminal yang baru mampu menampung 4 Boeing 767-300ER. Baru-baru ini, pada saat selesainya ekspansi pada tahun 2004, bandara telah berurusan dengan tuduhan mark up. Aspal yang lebih besar dihentikan sampai Angkasa Pura telah membayar utang bandara kepada pemerintah. Secara historis, Boeing 767-300ER merupakan pesawat berbadan lebar pertama yang mendarat di bandara ini pada tahun 2004. Pada awal 2013, bandara ini melayani 5,5 juta penumpang, padahal kapasitasnya hanya untuk 4,0 juta penumpang. Otoritas telah mengalokasikan dana sebesar Rp2,1 triliun ($2,2 miliar)

Banjarbaru dekat Banjarmasin sukunya Banjar

Di Dinas Kelautan dan Perikakan Prop.Kalsel (Banjarbaru)
Kota Banjarbaru adalah salah satu kota di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota Banjarbaru dahulu merupakan sebuah kota administratif yang dimekarkan dari Kabupaten Banjar. Jauh di masa sebelumnya sebagian besar wilayahnya merupakan

Bandara Internasional Raja Haji Fisabilillah

Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah (sebelumnya bernama Bandar Udara Kijang) adalah bandar udara yang terletak di Kota Tanjungpinang, provinsi Kepulauan Riau. Bandara ini dikelola PT. Angkasa Pura II.

Statusnya dari dulu adalah internasional, namun dikarenakan Kepulauan Riau belum pisah dari Riau Daratan maka bandara ini jarang dipergunakan. Setelah tahun 2001 Kepulauan Riau resmi menjadi provinsi baru di Indonesia, maka terjadilah pembangunan yang pesat di kota Tanjung Pinang dan bandara ini diramaikan lagi oleh beberapa maskapai penerbangan yaitu Merpati pada tanggal 19 Desember 2007, Sriwijaya Air pada awal bulan Februari 2008 dan Riau Airlines pada pertengahan tahun 2005.

Pada bulan Mei 2007 pemerintah mengucurkan dana untuk pengembangan Bandara ini. Proyek mulai berjalan pada bulan Juni. Pengembangan bandara meliputi penambahan fasilitas seperti radar dan landasan pacu ditambah sekitar 400 meter dari awalnya yang hanya 1.856 meter menjadi 2.256 meter. Selain itu, gedung terminal bandara juga diperluas dari 2.118 meter persegi menjadi 8.348 meter persegi. Dengan perluasan itu diharapkan dalam satu tahun mampu melayani 600 ribu orang. Pada April 2008 bandara ini resmi berganti nama dari Bandar Udara Kijang menjadi Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.

Nama bandara diambil dari nama Raja Haji Fisabilillah, pahlawan nasional yang juga memperoleh Bintang Maha Putra Adi Pradana.
Perpanjangan landas pacu hingga 3,578 by 45 metres (11,739 ft × 148 ft), dan sejak September 2014 sudah dipergunakan.

Susi Air Pesawatnya Mama Ara..

Selfi di depan susi air Bandara Naha Tahuna
Susi Air adalah maskapai penerbangan Indonesia yang dioperasikan oleh PT ASI Pujiastuti Aviation dengan penerbangan berjadwal dan charter. Berkantor-pusat di Pangandaran, Jawa Barat, Susi Air beroperasi dari lima pangkalan utamanya di Medan, Jakarta, Balikpapan, Kendari, Bandung, Cilacap, dan Sentani
Susi Air VIP di Bandara Naha Tahuna saat kunker menteri KKP
Didirikan pada akhir 2004 oleh Susi Pudjiastuti. Susi Air awalnya didirikan untuk mengantarkan muatan perikanan milik perusahaan lain Susi, PT ASI Pudjiastuti. Gempa bumi Samudera Hindia 2004 yang terjadi di pesisir barat Sumatra beberapa saat setelah dua pesawatCessna Grand Caravan pertama Susi Air dipesan, langsung digunakan untuk membantu pengiriman peralatan dan obat-obatan bagi regu penolong.
Pada 2005 Grand Caravan ketiga bergabung dengan armada Susi Air sehingga Susi Air dapat memulai penerbangan berjadwal dari Medan. Selanjutnya selain beberapa Grand Caravan tambahan, Diamond Twin Star, Pilatus Turbo Porter dan Diamond Diamond Star pun ditambahkan ke dalam armada Susi Air. Pada Juni 2009, Susi Air mengumumkan bahwa mereka telah memesan 30 pesawat Grand Caravan di Paris Air Show Bulan berikutnya, Piaggio Avanti pertama Susi Air mulai digunakan.
Susi Air mengoperasikan penerbangan dari 5 pangkalan utama yakni di Medan (Sumatera Utara), Kendari (Jakarta), Jawa Tengah (Cilacap), Jawa Barat (Pangandaran dan Bandung), Balikpapan (Kalimantan Timur) dan Jayapura (Papua). Penerbangan harian yang dijadwalkan akan beroperasi dari Medan untuk Bandar Udara Nagan Raya (Meulaboh), Bandara Lasikin (Pulau Simeulue), Bandara Silangit dan Bandara Aek Godang.

Merpati Nusantara Airlines Pesawat Perintis

(Melongunae Talaud -Naha Sangihe)

Merpati Nusantara Airlines adalah salah satu maskapai penerbangan nasional yang sahamnya dimiliki sebagian besar oleh pemerintah Indonesia. Berdiri di tahun 1962, Merpati memiliki pusat operasi di Jakarta, Indonesia Maskapai ini mengoperasikan jadwal penerbangan domestik dan juga internasional ke daerah Timor Timur dari pusatnya di bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Pada 1 Februari 2014 Merpati menangguhkan seluruh penerbangan dikarenakan masalah keuangan yang bersumber dari berbagai hutang. Disinyalir Merpati membutuhkan 7,2 trilyun rupiah untuk dapat beroperasi kembali. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, secara resmi menyatakan "Situasinya kini sudah menentukan agar Merpati tidak beroperasi kembali, karena kerusakannya akan lebih besar apabila (perusahaan ini) diteruskan." Walaupun dililit hutang "On Time Performance" (penilaian penerbangan tepat waktu) Merpati mengungguli Air Asia.
Pada 18 September 2014 Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan bahwa pemulihan maskapai ini akan membutuhkan 15 Triliun Rupiah untuk menutup pembayaran gaji, berbagai kehilangan yang diderita perusahaan dan hutang pada sekitar 2.000 pihak. Dahlan Iskan menyatakan bahwa rencana untuk menghidupkan kembali maskapai ini sudah menemui jalan buntu karena restrukturisasi aset dan rencana penjualan tidak menguntungkan lagi. Rencana penjualan fasilitas pemeliharaan Merpati di nilai berkisar pada harga Rp. 300 juta rupiah (USD25,000).Namun Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) M Nawir Messi menilai bahwa penutupan maskapai ini lebih kepada masalah politik dan bukan karena harga

Wings Air namanya kayak Detergen ya?

Wing air adalah armada penerbangan domestik untuk rute yang lebih dekat . Maskapai inilah yang melayani rute penerbangan di kampung halamanku Sangihe yakni Manado-Naha PP. Tapi untuk pertama kalinya menggunakan maskapai ini ketika hendak menuju ke Semarang dari Bandara Surabaya.