Selamat Datang di Blog WISATA SYARTA mari ber-Wisata bersama Saya Syevenly Takapaha untuk menikmati Keindahan Alam ciptaan Tuhan, menikmati kuliner yang enak-enak dan mengagumi serta melestarikan keunikan budaya kita Karena hidup ini Indah dan setiap tempat adalah objek wisata. Blog ini menampilkan semua objek wisata yang dikunjungi dan dapat dicerita kan dan semoga dapat menjadi Referensi Anda. Semua Foto yang belum sempat ditulis sumbernya adalah Dokumentasi Pribadi dan merupakan hak cipta dari Stevenly Takapaha

Monumen Bom Bali. Teroris adalah musuh kita bersama

Monumen Bom Bali dikenal juga dengan nama Monumen Ground Zero dan terletak di Jalan Legian, Kuta yang merupakan kawasan yang ramai oleh wisatawan terutama mancanegara, di mana sepanjang jalan itu terdapat banyak cafeclub, dan toko-toko, serta tempat-tempat untuk menginap. Monumen ini sangat mudah untuk dicapai karena selain berada di tempat yang ramai dikunjungi wisatawan, juga merupakan kawasan atau salah satu jalur yang dilewati oleh setiap wisatawan yang ingin ke Pantai Kuta. Sehingga Monumen Bom Bali setiap harinya ramai dikunjungi baik oleh wisatawan maupun orang yang berlalu-lalang untuk mengenang para korban. Bilamana mengunjungi monumen tersebut, di dalamnya tertera nama dan beberapa photo dari para korban yang berjumlah 202 orang. Monumen Bom Bali dibangun untuk menghormati nilai-nilai kemanusiaan terutama para korban.
 Monumen "Ground Zero" merupakan monumen yang dibangun dengan tujuan untuk mengenang 202 korban ledakan bom di Sari Club dan Paddy’s Cafe di Jalan Legian, 12 Oktober 2002. Monumen ini mulai dibangun atas gagasan Nyoman Rudana (Ketua dari PUTRI Persatuan Tourist Attraction Indonesia Bali), yang menganjurkan agar didirikan sebuah monumen pada lokasi pemboman (dikenal sebagai lokasi "Ground Zero"). Setelah peristiwa pemboman itu terjadi, mulailah monumen tersebut dibangun dan selesai pada tahun 2003 dengan diberi nama "Monumen Panca Benua". Setahun kemudian, monumen ini baru diresmikan yaitu pada tanggal 12 Oktober 2004 oleh Kepala Bupati Kabupaten Badung, Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi dengan diberi nama "Monumen Tragedi Kemanusiaan Peledakan Bom 12 Oktober 2002".

Namun beberapa hari sebelum peresmiannya, yaitu pada tanggal 8 Oktober diadakan upacara ritual Hindu (upacara Mecaru dan Melaspas) yang bertujuan untuk membersihkan dan menyucikan. Upacara berlangsung di lokasi peledakan bom (Ground Zero) yang terletak di antara Sari Club dan Paddy's Pub di Jalan Legian, Kuta. Upacara dipimpin oleh 2 pendeta Hindu, yakni Ida Pedanda Gede Putra Telapah dan Ida Pedanda Budha Gede Ketut Griya. Turut hadir pula Kepala Bupati Kabupaten Badung, Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi, beserta tokoh masyarakat Kuta. Upacara itu mendapat perhatian dari masyarakat Kuta dan wisatawan yang kebetulan melewati monumen.

Peristiwa Bom Bali terjadi tepat 1 tahun, 1 bulan dan 1 hari setelah Serangan Teroris 11 September 2001, menara World Trade Centre di kota New York, Amerika Serikat. Bom Bali terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002 di Jalan Legian, Kecamatan Kuta dengan menewaskan 202 orang dan mencederai 209 orang, yang kebanyakan adalah wisatawan mancanegara. Kejadian tersebut merupakan peristiwa terorisme paling parah dalam catatan sejarah Indonesia. Beberapa orang Indonesia telah dijatuhi hukuman mati karena peranan mereka dalam pengeboman tersebut. Sangat disayangkan tersangka pelaku Abu Bakar Baashir, yang diduga sebagai salah satu yang terlibat dalam memimpin pengeboman ini, dinyatakan tidak bersalah pada Maret 2005 atas konspirasi serangan bom ini, dan hanya divonis atas pelanggaran keimigrasian.

Para pelaku yang telah dihukum mati, mengakui tidak menyesal atas perbuatan mereka. Sedangkan para pelaku tersangka teroris yang lainnya, adalah sebagai berikut : Abdul Goni (didakwa seumur hidup), Abdul Hamid (kelompok Solo), Abdul Rauf (kelompok Serang), Abdul Aziz alias Imam Samudra (terpidana mati), Achmad Roichan, Ali Ghufron alias Mukhlas (terpidana mati), Ali Imron alias Alik, (didakwa seumur hidup), Amrozi bin Nurhasyim alias Amrozi (terpidana mati), Andi Hidayat (kelompok Serang), Andi Oktavia (kelompok Serang), Arnasan alias Jimi (tewas), Bambang Setiono (kelompok Solo), Budi Wibowo (kelompok Solo), Dr Azahari alias Alan (tewas dalam penyergapan polisi di Kota Batu, Malang tanggal 9 November 2005), Dulmatin (tewas tanggal 9 Maret 2010), Feri alias Isa (meninggal dunia), Herlambang (kelompok Solo), Hernianto (kelompok Solo), Idris alias Johni Hendrawan, Junaedi (kelompok Serang), Makmuri (kelompok Solo), Mohammad Musafak (kelompok Solo), Mohammad Najib Nawawi (kelompok Solo), Umar Kecil alias Patek, Utomo Pamungkas alias Mubarok (didakwa seumur hidup), dan Zulkarnaen.
Kewarganegaraan para korban berdasarkan data sebagai berikut : Australia 88 orang, Indonesia 38 orang (kebanyakan warga Bali), Inggris 26 orang, Amerika Serikat 7 orang, Jerman 6 orang, Swedia 5 orang, Belanda 4 orang, Perancis 4 orang, Denmark 3 orang, Selandia Baru 3 orang, Swiss 3 orang, Brasil 2 orang, Kanada 2 orang, Jepang 2 orang, Afrika Selatan 2 orang, Korea Selatan 2 orang, Ekuador 1 orang, Yunani 1 orang, Italia 1 orang, Polandia 1 orang, Portugal 1 orang, dan Taiwan 1 orang.

0 comments:

Posting Komentar